Sebagai seorang pecinta budaya Nusantara, saya pernah merasakan momen istimewa menghadiri pernikahan adat Bugis di Sulawesi Selatan. Salah satu hal yang paling memikat hati saya adalah baju adat yang dikenakan mempelai perempuan, yaitu Baju Bodo. Pakaian ini bukan sekadar kain cantik yang berkilau, tetapi juga sarat makna, berasal dari sejarah panjang, dan menjadi simbol kehormatan keluarga.
Dalam kesempatan ini, saya ingin berbagi pengalaman sekaligus mengulas baju Bodo pernikahan Bugis—mulai dari pengertian, filosofi warna, hingga prosesi adat seperti mappacci yang merupakan inti dari tradisi pernikahan adat Bugis.
1. Pengertian dan Sejarah Baju Bodo
Secara pengertian, Baju Bodo merupakan pakaian adat perempuan Bugis yang berbentuk segi empat, longgar, dan biasanya terbuat dari kain tipis seperti muslin atau sutra. Baju adat ini berasal dari Sulawesi Selatan dan telah digunakan selama berabad-abad. Konon, dalam catatan sejarah, Baju Bodo sudah ada sejak abad ke-9 Masehi dan dipakai dalam berbagai upacara penting, termasuk pernikahan.
Baju adat ini memiliki ciri khas berupa potongan sederhana namun mewah dalam sentuhan warna dan aksesoris. Saat menghadiri pernikahan adat Bugis, saya melihat bagaimana Baju Bodo mampu menyatu dengan suasana sakral. Warnanya dipilih dengan cermat—bukan sekadar indah dipandang, tapi memiliki makna filosofis.
Jika kamu ingin mengetahui pesona dan filosofi mendalam Baju Bodo di luar konteks pernikahan, saya sarankan membaca artikel tentang keanggunan busana Bugis tradisional.
2. Filosofi Warna Baju Bodo dalam Pernikahan
Salah satu pengalaman yang membekas bagi saya adalah saat mempelai perempuan memasuki ruang akad dengan baju adat berwarna merah marun. Warna ini merupakan simbol keberanian, cinta, dan kehormatan. Dalam tradisi pernikahan adat Bugis, setiap warna memiliki pesan tersendiri:
- Merah → Melambangkan keberanian dan kemakmuran.
- Hijau → Simbol kesuburan dan kehidupan baru.
- Kuning emas → Menandakan kemuliaan dan status bangsawan.
- Putih → Melambangkan kesucian dan awal yang baru.
Baju adat yang dikenakan biasanya dihiasi dengan sarung sutra khas Bugis yang berpola kotak-kotak, menambah keanggunan pemakainya. Bahkan, beberapa keluarga bangsawan masih mempertahankan tradisi memakai kain yang diwariskan turun-temurun.
3. Prosesi Mappacci: Awal Sakral Sebelum Pernikahan
Saya beruntung bisa menyaksikan langsung Mappacci, prosesi yang merupakan puncak ritual penyucian diri sebelum akad nikah. Dalam acara ini, mempelai perempuan duduk di atas panggung kecil, memakai baju adat Bodo yang indah, sementara keluarga dan tamu penting memberikan daun pacar (pacci) sebagai simbol doa restu.
Prosesi ini terasa sangat hangat. Bau harum bunga dan wewangian khas Bugis memenuhi ruangan. Setiap orang yang menaruh pacci di telapak tangan mempelai seakan menitipkan doa untuk kehidupan rumah tangganya.
Menariknya, tidak hanya mempelai perempuan yang mengenakan pakaian adat, tetapi keluarga dan pendampingnya pun turut memakai baju adat Bugis, menambah kesan khidmat dan megah.
4. Peran Baju Bodo dalam Resepsi Pernikahan
Setelah prosesi akad, tibalah saat resepsi yang meriah. Di sinilah baju Bodo pernikahan Bugis tampil dalam kemegahannya. Baju adat ini sering dihiasi dengan perhiasan emas atau perak, seperti kalung panjang, anting-anting besar, dan hiasan kepala bernama sigale-gale.
Saya perhatikan bahwa dalam resepsi adat Bugis, baju adat yang dipakai bisa berganti dari warna yang lebih sakral saat akad menjadi warna yang lebih cerah saat pesta. Hal ini berasal dari keyakinan bahwa pesta adalah simbol kegembiraan, sehingga warna-warna cerah membawa suasana lebih hidup.
Kalau kamu tertarik membandingkan ragam baju adat di Nusantara, kamu bisa membaca juga tentang keunikan baju adat Aceh atau perbedaan baju adat Minangkabau.
5. Aksesoris Pelengkap Baju Bodo
Dalam pernikahan adat Bugis, baju adat Bodo jarang berdiri sendiri. Ada sejumlah aksesoris yang merupakan pelengkap penting:
- Sarung Sutra – biasanya bermotif kotak-kotak dengan warna serasi baju Bodo.
- Kalung Panjang – melambangkan status sosial.
- Anting-anting Besar – mempercantik tampilan wajah.
- Hiasan Kepala (Sigale-gale) – simbol keanggunan dan kebanggaan perempuan Bugis.
- Gelang Emas atau Perak – tanda kemakmuran dan keberuntungan.
Sebagai penulis yang sering mengamati baju adat, saya melihat perpaduan antara Baju Bodo dan aksesoris ini membentuk harmoni visual yang luar biasa.
6. Memakai atau Menyewa Baju Bodo untuk Pernikahan
Bagi pasangan yang ingin menikah dengan konsep tradisi pernikahan adat Bugis, ada dua pilihan: membuat sendiri atau menyewa baju adat. Menyewa sering menjadi opsi populer karena praktis dan ekonomis.
Saat membantu teman yang menikah dengan adat Bugis di Jawa, saya menemukan beberapa penyedia jasa yang menyediakan baju adat Bodo lengkap dengan aksesorisnya di berbagai kota. Beberapa yang bisa jadi referensi antara lain:
- Tempat penyewaan baju adat di Surabaya
- Sewa baju adat di Jakarta
- Penyewaan baju adat di Bandung
- Sewa baju adat di Jogja
- Sewa baju adat di Semarang
Kalau ingin mencari lebih banyak opsi, kamu bisa mengecek daftar lengkap penyedia sewa baju adat di berbagai daerah.
Penutup pengalaman saya, menyaksikan pernikahan adat Bugis dengan Baju Bodo adalah momen yang membuat saya semakin menghargai kekayaan budaya Indonesia. Dari pengertian hingga filosofi warna, dari prosesi mappacci yang sakral hingga pesta resepsi yang meriah, setiap detail berasal dari warisan leluhur yang tak ternilai. Dan yang terpenting, baju adat ini bukan hanya pakaian, tapi simbol cinta, kehormatan, dan kebanggaan yang akan terus hidup di hati masyarakat Bugis.